Melanjutkan cerita kemarin, sebenernya kita ingin sekali ke puncak bukit
sakub (Puncaknya Kebun Teh Kaligua), cuma karena waktu sudah sangat sore akhirnya kita putuskan untuk
ke Telaga Ranjeng agar bisa sekalian pulang. Karena jalan menuju ke Telaga sama aja jalan untuk pulang.
Namun sebelum sampai di Telaganya, Mala minta berhenti untuk foto di sebuah
bangunan yang menyerupai pos ronda. Dan ternyata pemandangan dari sini
keren banget. Instingnya Mala memang hebat untuk mendapat spot foto yang
keren.
Setelah puas foto-foto disini, kita melanjutkan perjalanan menuju
telaga.
Kalau tadi gak berhenti untuk foto, mungkin gak nyampe 10 menit kita
sampai di Telaga Ranjeng, karena lokasinya gak jauh sama kebun teh kaligua, dan begitu sampai di Telaga ini, saya langsung
pengin jeburin diri ke telaga. Tapi sayangnya gak di bolehin. Syukurlah
kalau gak di bolehin, lagi pula saya juga gak bisa berenang. Namun yang
paling mencenangkan dari Telaga ini adalah, banyak ikan-ikan lele yang
katanya terdapat ratusan bahkan ribuan hingga jutaan ikan lele dengan
ukuran jumbo-jumbo semua. Saya nyampe merinding liat ikan lele sedang
berenang asyik sama temen lele lainnya yang besarnya sepaha saya.
Ada ikan mas juga, dan sumpah ini ikan mas terbesar yang pernah saya liat.
Katanya juga ada ikan lele yang besarnya setubuh manusia, tapi selama
saya disitu belum melihatnya.
Terus kata bapak penjual makanan sekitar bilang kalau ikan-ikan yang ada di
Telaga Ranjeng tersebut di keramatkan, makannya gak ada yang berani
ngambil ikan tersebut hingga ikan-ikan yang ada disitu tumbuh
sampai segede manusia (katanya) dan terus beranak-pinak sampai jumlahnya gak bisa
di sensus lagi.
Dulu ada orang sok berani gitu buat ngambil ikan lele yang ada di Telaga
ini, begitu pulang orangnya langsung sakit-sakitan hingga baru sembuh
kalau ikan lelenya dikebalikan lagi ke telaga. Bener atau tidaknya
cerita mistis ini silahkan kalau mau membuktikan sendiri kebenarannya.
Kalau saya sih tidak berniat untuk membuktikannya, cukup menghormati
cerita warga setempat tersebut sama menjaga habitat tempat asal.
Hati-hati juga ketika melangkah di tepian telaga, karena meski sudah
ditutupi oleh ilalang, tanahnya gembur dan jika tidak berhati-hati bisa
terjebur ke telaga dan berenang bersama ikan-ikan yang super gede
banget.
Kalau saya dan Mala cuma makan rujak sambil foto-foto narsis disamping
telaga. Hawa dinginnya emang bikin perut cepet laper dan penginnya makan
mulu.
"Ya ampun udah jam 5 ternyata"
Mengingat perjalanan pulang yang kemungkinan masih macet, harusnya sebisa mungkin
pulang sebelum jam 4 sore agar sampai rumah gak terlalu malam. Tapi
karena keasyikan menikmati hawa dinginnya di sini bikin kita jadi males
buat pulang. Bahkan Mala saja malah minta foto-foto di perkebunan karet
(depan) Telaga Ranjeng.
"Udah sore. Ayo pulang" tapi Mala jawabnya "Besok aja lah pulangya, masih nyaman disini"
Saya juga sebenernya males mau pulang.
Selesai foto terakhir di perkebunan tersebut, tepat pukul 17:30 kita malah pengin cepat-cepat
beranjak untuk pulang. Dikarenakan hari makin sore, suasananya malah makin mistis, apalagi disini juga sudah mulai sepi, tinggal
satu mobil milik pengunjung lain dan satu motor milik saya di parkiran.
Motor kita mulai jalan menjauh dari Agrowisata Kaligua, sekaligus
mengakhiri keluyuran kali ini.
Sampai di jalan raya, kita kembali bermacet-macet ria. Tapi herannya
Mala malah tertidur di motor sambil kepalanya nyenderin di punggung
saya. Mungkin dia capek banget karena tadi selama disana (Kaligua) Mala
gerak terus untuk menyusuri kebun teh dengan semangat. Dan pada akhirnya
saya bersama Mala menambah lagi daftar tempat keluyuran yang pernah
kita datangi, dan juga menambah pula daftar kota/kabupaten yang pernah
kita singgahi seperti Pemalang, Wonosobo, Banyumas, dan sekarang di
Bumiayu (Brebes). Tapi apa yang saya takutkan dari Kebun Teh Kaligua ini
adalah, jika semakin terkenal, maka otomatis makin banyak pula
pengunjung yang datang, dan pastinya sampah bakal ada di mana-mana,
setelah itu pasti bakal berdiri beberapa bangunan seperti Villa, Hotel, Supermarket
dll. bisa-bisa kabut yang kita liat dengan dekat bisa saja hilang
menjadi panas udaranya. Hanya kesadaran para pengelola dan pengunjung lah yang bisa
menjaga kebersihan udara dingin ini dengan cara menjaga kehijauannya
jangan sampai hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar