Selasa, 06 Desember 2016

Sejuknya Udara Kebun Teh #2 : Telaga Ranjeng dan Spot Foto Menarik Lainnya

Melanjutkan cerita kemarin, sebenernya kita ingin sekali ke puncak bukit sakub (Puncaknya Kebun Teh Kaligua), cuma karena waktu sudah sangat sore akhirnya kita putuskan untuk ke Telaga Ranjeng agar bisa sekalian pulang. Karena jalan menuju ke Telaga sama aja jalan untuk pulang.

Namun sebelum sampai di Telaganya, Mala minta berhenti untuk foto di sebuah bangunan yang menyerupai pos ronda. Dan ternyata pemandangan dari sini keren banget. Instingnya Mala memang hebat untuk mendapat spot foto yang keren.


Setelah puas foto-foto disini, kita melanjutkan perjalanan menuju telaga.

Kalau tadi gak berhenti untuk foto, mungkin gak nyampe 10 menit kita sampai di Telaga Ranjeng, karena lokasinya gak jauh sama kebun teh kaligua, dan begitu sampai di Telaga ini, saya langsung pengin jeburin diri ke telaga. Tapi sayangnya gak di bolehin. Syukurlah kalau gak di bolehin, lagi pula saya juga gak bisa berenang. Namun yang paling mencenangkan dari Telaga ini adalah, banyak ikan-ikan lele yang katanya terdapat ratusan bahkan ribuan hingga jutaan ikan lele dengan ukuran jumbo-jumbo semua. Saya nyampe merinding liat ikan lele sedang berenang asyik sama temen lele lainnya yang besarnya sepaha saya.

Ada ikan mas juga, dan sumpah ini ikan mas terbesar yang pernah saya liat.

Katanya juga ada ikan lele yang besarnya setubuh manusia, tapi selama saya disitu belum melihatnya.

Terus kata bapak penjual makanan sekitar bilang kalau ikan-ikan yang ada di Telaga Ranjeng tersebut di keramatkan, makannya gak ada yang berani ngambil ikan tersebut hingga ikan-ikan yang ada disitu tumbuh sampai segede manusia (katanya) dan terus beranak-pinak sampai jumlahnya gak bisa di sensus lagi.

Dulu ada orang sok berani gitu buat ngambil ikan lele yang ada di Telaga ini, begitu pulang orangnya langsung sakit-sakitan hingga baru sembuh kalau ikan lelenya dikebalikan lagi ke telaga. Bener atau tidaknya cerita mistis ini silahkan kalau mau membuktikan sendiri kebenarannya. Kalau saya sih tidak berniat untuk membuktikannya, cukup menghormati cerita warga setempat tersebut sama menjaga habitat tempat asal.

Hati-hati juga ketika melangkah di tepian telaga, karena meski sudah ditutupi oleh ilalang, tanahnya gembur dan jika tidak berhati-hati bisa terjebur ke telaga dan berenang bersama ikan-ikan yang super gede banget.

Kalau saya dan Mala cuma makan rujak sambil foto-foto narsis disamping telaga. Hawa dinginnya emang bikin perut cepet laper dan penginnya makan mulu.

"Ya ampun udah jam 5 ternyata"

Mengingat perjalanan pulang yang kemungkinan masih macet, harusnya sebisa mungkin pulang sebelum jam 4 sore agar sampai rumah gak terlalu malam. Tapi karena keasyikan menikmati hawa dinginnya di sini bikin kita jadi males buat pulang. Bahkan Mala saja malah minta foto-foto di perkebunan karet (depan) Telaga Ranjeng.

"Udah sore. Ayo pulang" tapi Mala jawabnya "Besok aja lah pulangya, masih nyaman disini"

Saya juga sebenernya males mau pulang.

Selesai foto terakhir di perkebunan tersebut, tepat pukul 17:30 kita malah pengin cepat-cepat beranjak untuk pulang. Dikarenakan hari makin sore, suasananya malah makin mistis, apalagi disini juga sudah mulai sepi, tinggal satu mobil milik pengunjung lain dan satu motor milik saya di parkiran.

Motor kita mulai jalan menjauh dari Agrowisata Kaligua, sekaligus mengakhiri keluyuran kali ini.

Sampai di jalan raya, kita kembali bermacet-macet ria. Tapi herannya Mala malah tertidur di motor sambil kepalanya nyenderin di punggung saya. Mungkin dia capek banget karena tadi selama disana (Kaligua) Mala gerak terus untuk menyusuri kebun teh dengan semangat. Dan pada akhirnya saya bersama Mala menambah lagi daftar tempat keluyuran yang pernah kita datangi, dan juga menambah pula daftar kota/kabupaten yang pernah kita singgahi seperti Pemalang, Wonosobo, Banyumas, dan sekarang di Bumiayu (Brebes). Tapi apa yang saya takutkan dari Kebun Teh Kaligua ini adalah, jika semakin terkenal, maka otomatis makin banyak pula pengunjung yang datang, dan pastinya sampah bakal ada di mana-mana, setelah itu pasti bakal berdiri beberapa bangunan seperti Villa, Hotel, Supermarket dll. bisa-bisa kabut yang kita liat dengan dekat bisa saja hilang menjadi panas udaranya. Hanya kesadaran para pengelola dan pengunjung lah yang bisa menjaga kebersihan udara dingin ini dengan cara menjaga kehijauannya jangan sampai hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar