Minggu, 21 Mei 2017

Edisi Sepedaan II : Sampai juga di Waduk Cacaban



Sepedaan ke Waduk Cacaban itu membutuhkan mental yang kuat, fisik yang prima, dan perasaan yang nyaman. Tapi saya tidak memiliki ketiga itu. Karena untuk soal mental, saya orangnya cemen banget. Lalu soal fisik, "jangan di bahas". Sedangkan soal perasaan, hati sedang tidak baik karena habis liat pacar bikin status Facebook bukan buat saya. Modal saya sepedaan ke Waduk Cacaban hanya satu, Nekad. Ya... nekad. Demi harga diri saya supaya kuat nanti pas mau mendaki gunung. Karena ada pacar dan temen ceweknya yang katanya mau ikut, kalau loyo didepan para anak cewek, bisa-bisa saya suruh pensiun jadi cowok.

Emang seberat itu ki jalan menuju Waduk Cacaban?

Iyah. Gegara proyek tol Brebes-Tegal-Pemalang, sebagian jalan menuju Waduk Cacaban hancur akibat sering dilintasi para raja jalanan yaitu truk tronton. Hampir 24 jam mereka selalu lewat jalan ini.

Terus apa lagi ki?

Ya itu tadi. Selain sepedaan dijalur yang bisa bikin bokong kesemutan nyampe gak berasa kalau di pegang, kita juga kudu siap mental karena harus beriring-iringan dengan truk-truk yang super gede abis.

Kemudian rintangan selanjutnya adalah 3 jalan tanjakan yang harus bin wajib saya lalui dengan bersepeda. Alkhamdulillah tanjakan pertama berhasil saya lalui dengan cara berangan-angan sepulang dari sini badan jadi kurus, hasilnya dengan semangat saya mengayun pedal sampai ke atas.


Sedangkan tanjakan kedua dan ketiga itu setelah masuk loket Objek Wisata Waduk Cacaban.
 

Emang sudah jadi Objek Wisata ki?

Iya. Waduk Cacaban ini sudah lama menjadi Objek Wisata, bahkan menjadi salah satu unggulan wisata di kab. Tegal bersama Guci dan Pantai Purwohamba Indah.

Cukup bayar Rp. 2.500,- saya bisa masuk ke Waduk Cacaban.

Dan untuk jalan tanjakan yang kedua dan ketiga ini sebenernya satu tanjakan, saya sengaja pisahkan karena ada jalan datar setelah melewati tanjakan kedua, dan itu pun hanya 3 meter saja, setelahnya tanjakan ketiga yang saya sebut tanjakan paling durjana dari pada kedua tanjakan sebelumnya.



Tanjakan durjana ini adalah tanjakan menuju punggungan Waduk Cacaban. Dan kemiringannya juga hampir 45 derajat, jelas saya gak sanggup, meskipun sambil berangan-angan badan jadi kayak ade rai sekalipun.

Kemudian sepeda saya titipkan di salah satu warung makan yang ada disitu, dan saya jalan kaki untuk melanjutkan ke atas.

Suasana Waduk Cacaban sangat sepi, mungkin karena bukan hari libur, mungkin juga karena jalur menuju kesini sangat rusak bikin orang-orang ogah untuk liburan kesini. Foto waduk cacaban

Selama saya disini cuma ingin melihat tanda tangannya Presiden Indonesia pertama "Soekarno" saat meresmikan Waduk Cacaban ini. Tapi saya tidak menemukan dimana letaknya. Akhirnya saya memutuskan untuk pulang dengan sedikit berbangga karena berhasil sepedaan sejauh sini dengan jarak 9,7 km dari rumah saya.
Papan informasi Waduk Cacaban
Catatan : Untuk menuju ke pintu masuk 2/loket 2 OW Waduk Cacaban tanjakannya lebih durjana dari tanjakan yang tadi saya lewati. Mungkin lain kali saya akan coba menaklukannya.



Baca juga :
Pertama kalinya sama Adik ke Waduk Cacaban
Pertama kalinya solo traveling
Pertama kali mendaki gunung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar