Sepedaan ke Waduk Cacaban itu membutuhkan
mental yang kuat, fisik yang prima, dan perasaan yang nyaman. Tapi saya tidak
memiliki ketiga itu. Karena untuk soal mental, saya orangnya cemen banget. Lalu soal
fisik, "jangan di bahas". Sedangkan soal perasaan, hati sedang tidak baik
karena habis liat pacar bikin status Facebook bukan buat saya. Modal saya
sepedaan ke Waduk Cacaban hanya satu, Nekad. Ya... nekad. Demi harga diri saya
supaya kuat nanti pas mau mendaki gunung. Karena ada pacar dan temen ceweknya yang katanya mau ikut, kalau loyo didepan para anak
cewek, bisa-bisa saya suruh pensiun jadi cowok.
Emang seberat itu ki jalan menuju Waduk
Cacaban?
Iyah.
Gegara proyek tol Brebes-Tegal-Pemalang, sebagian jalan menuju Waduk Cacaban
hancur akibat sering dilintasi para raja jalanan yaitu truk tronton. Hampir 24
jam mereka selalu lewat jalan ini.
Terus apa lagi ki?
Ya itu tadi. Selain sepedaan dijalur yang bisa
bikin bokong kesemutan nyampe gak berasa kalau di pegang, kita juga kudu siap mental karena harus
beriring-iringan dengan truk-truk yang super gede abis.
Kemudian
rintangan selanjutnya adalah 3 jalan tanjakan yang harus bin wajib saya lalui
dengan bersepeda. Alkhamdulillah tanjakan pertama berhasil saya lalui dengan
cara berangan-angan sepulang dari sini badan jadi kurus, hasilnya dengan
semangat saya mengayun pedal sampai ke atas.
Sedangkan tanjakan kedua dan ketiga itu setelah
masuk loket Objek Wisata Waduk Cacaban.
Emang sudah jadi Objek Wisata ki?
Emang sudah jadi Objek Wisata ki?
Iya. Waduk Cacaban ini
sudah lama menjadi Objek Wisata, bahkan menjadi salah satu unggulan wisata di
kab. Tegal bersama Guci dan Pantai Purwohamba Indah.
Cukup bayar
Rp. 2.500,- saya bisa masuk ke Waduk Cacaban.
Dan untuk jalan tanjakan yang kedua dan ketiga ini sebenernya satu tanjakan, saya sengaja pisahkan karena ada jalan datar setelah melewati tanjakan kedua, dan itu pun hanya 3 meter saja, setelahnya tanjakan ketiga yang saya sebut tanjakan paling durjana dari pada kedua tanjakan sebelumnya.
Tanjakan durjana ini adalah tanjakan menuju
punggungan Waduk Cacaban. Dan kemiringannya juga hampir 45 derajat, jelas saya
gak sanggup, meskipun sambil berangan-angan badan jadi kayak ade rai sekalipun.
Kemudian sepeda saya
titipkan di salah satu warung makan yang ada disitu, dan saya jalan kaki untuk
melanjutkan ke atas.
Suasana Waduk Cacaban sangat sepi, mungkin
karena bukan hari libur, mungkin juga karena jalur menuju kesini sangat rusak
bikin orang-orang ogah untuk liburan kesini. Foto waduk cacaban
Selama saya disini cuma ingin melihat tanda
tangannya Presiden Indonesia pertama "Soekarno" saat meresmikan Waduk
Cacaban ini. Tapi saya tidak menemukan dimana letaknya. Akhirnya saya
memutuskan untuk pulang dengan sedikit berbangga karena berhasil sepedaan
sejauh sini dengan jarak 9,7 km dari rumah saya.
Catatan : Untuk menuju ke pintu masuk 2/loket 2
OW Waduk Cacaban tanjakannya lebih durjana dari tanjakan yang tadi saya lewati.
Mungkin lain kali saya akan coba menaklukannya.
Baca juga :
Pertama kalinya sama Adik ke Waduk Cacaban
Pertama kalinya solo traveling
Pertama kali mendaki gunung
Baca juga :
Pertama kalinya sama Adik ke Waduk Cacaban
Pertama kalinya solo traveling
Pertama kali mendaki gunung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar