Di halaman sebelumnya, drama yang kami alami adalah tentang gugurnya
anggota kami satu-persatu menjelang pendakian, dan satunya lagi kesalahpahaman antara
saya, Turis, dan Dwi. Karena saya mengira Turis gak ada keniatan untuk
mendaki, dengan tiba-tiba ngasih kabar kalau dia tidak ikut mendaki
tanpa alasan. Dan itu ternyata Turis dan Dwi juga salah sangka tentang
hamil mudanya Dwi yang ternyata hanya telat datang bulan. Tapi semuanya
sudah kita lewati. Sekarang drama yang akan kita lalui adalah di
sepanjang perjalanan kita menuju Purwokerto dan dilanjut ke Wonosobo.
~~sk~~
Baja juga : Drama Menjelang Pendakian Sindoro Part 1
Sesuai perjanjian, kita berlima : Saya, Mala, Turis, Dwi dan Beti kumpul
di RS Kardinah jam 1 siang untuk menunggu bus ke arah Purwokerto. Saya
sendiri sedikit khawatir dengan kondisinya Turis dan Dwi, mengingat
mereka habis naik motor jauh dari Bandung pula. Tapi mereka meyakinkan saya
dengan kalimat pengin ciptain rekor sendiri dengan perjalanan
terpanjangnya :
Bandung-Tegal-Purwokerto-Wonosobo-Naik Sindoro-Turun Sindoro-Purwokerto-Tegal-Bandung
lagi.
Hahaha... saya cukup lega dengan jawaban mereka.
30 menit kemudian bus Indah Putri arah Purwokerto berhenti didepan kami. Tanpa mikir panjang langsung saja kita naik.
"Kira-kira sampai Wonosobo jam berapa ki?" Tanya Turis didalam bus.
Berdasarkan pengalaman saya waktu ke Purwokerto pake bus setahun yang
lalu, sekitar 3 jam saya sampai di Purwokerto (khusunya di Terminalnya).
Kemudian dilanjut ke Wonosobo yang kata temen cuma 4jam saja dari
terminal Purwokerto, jadi dihitung-hitung kita sampai di Basecamp
kledung kurang lebih 7 jam dan sampai disana sekitar pukul 9 malem.
"Tapi entar mendakinya jam 11 aja ki, makan-makan atau apa dulu" lanjut Turis.
"Oke"
Baca juga : Dalam DUA jam bisa keliling dunia.
Setelah bus berjalan lancar sampai ke kec. Margasari kab. Tegal. Tiba-tiba kita dihadapkan jalanan yang macet.
"Oh mungkin karena habis ada kereta lewat atau mungkin karena didepan
ada pertigaan jadi banyak mobil yang lewat dari arah Brebes" pikir saya
kayak gitu. Tapi ternyata ada proyek perbaikan jalan dan proyek besar "Mega flyover" di 4 titik yang bikin macet cukup panjang sampai ke Bumiayu.
Saya menelan ludah karena takut digebukin anak-anak karena meleset
perkiraan saya soal waktu perjalanan.
"Tenang paling perkiraan waktu sampai di Purwokerto meleset sejam doang"
saya mencoba menenangkan anak-anak. Tapi yang terjadi malah kita baru
sampai di Terminal Purwokerto jam setengah 7 malem, gilakkk. Harusnya jam
5 sore sudah sampai.
Kita istirahat sebentar di mushola yang ada di Terminal Purwokerto sambil shalat maghrib dan shalat isya.
Dicela-cela waktu istirahat saya coba jalan-jalan di Terminal Purwokerto
buat cari info bus ke arah Wonosobo, dan Alkhamdulilah langsung dapat,
tapi mulai jalannya jam 19:15. Itu artinya kita selesai shalat isya
langsung naik bus.
Ketika mushola di Terminal sudah terdengar suara adzan, kita langsung bergegas untuk shalat isya dan kita kelar semua jam 19:20.
"Ayo buruan" seru Turis.
"Gak makan dulu ris? Laper" Pertanyaa dari anak yang paling gendut dalam rombongan, tidak lain tidak bukan adalah saya.
"Katanya bus berangkat jam 19:15? Ini udah lewat" lanjut Turis.
"Ah paling ngaret ris" tebak saya. "Yaudah kita makan deket-deket bus yang akan kita naiki"
Mereka pun akhirnya setuju sama ide saya. Tapi pas sampai di tempat bus yang tadi
saya datangi tiba-tiba saya melongo dan kaget bukan main...
karena bus yang akan kita tumpangi sudah jalan. Kampret!!! Sapa suruh sih berangkatnya tepat waktu, biasanya juga ngaret.
Memang sih disitu ada bus arah Wonosobo lagi, tapi jadwalnya jam 22:30. Gilakk...
Kita semua kalang-kabut.
Tiba-tiba ada calo nyamperin buat nawar tumpangan bus berangkat jam
20:00 ke basecamp kledung dengan biaya 80ribu/anak. Pala lu peyang, ke
Wonosobo mahal amat 80ribu sudah kayak mau ke Jakarta. Terus ada lagi calo dari bus lain yang nawarin dengan harga 50ribu/anak. Itu juga masih
kemahalan.
Disaat
menegangkan seperti ini, Allah menunjukkan kebaikannya, bahwa
barangsiapa yang mau mengutamakan shalat wajibnya diatas kepentingan
lainnya, maka Allah akan bantu kesusahannya/permasalahannya. Dan terbukti, ada orang baik yang ngasih usul supaya
kita nunggu bus di pintu keluar terminal saja biar gak ada calo. Oke
kita langsung jalan ke pintu keluar terminal. Dan subhanallah... bus
yang tadi kita pikir ninggalin kita, ternyata sedang nungguin kita di
dekat pintu keluar terminal. Alkhamdulilah akhirnya dapat bus juga yang
harganya cuma 35ribu untuk sampai di basecamp pendakian sindoro.
Saya liat jam ternyata sudah jam 19:40. Dan bus kemudian jalan membawa kita berlima ke Wonosobo.
"Tenang kita sampai di Wonosobo jam 11 malem" saya mencoba kembali
membakar semangat mereka untuk mendaki, tapi kelihatannya mereka sedikit
gak percaya karena perkiraan saya selalu meleset. Dan bener saja
perkiraan saya kembali meleset. Karena kita sampai di Basecamp kledung
jam 00:30.
"Kenapa baru sampai mas?" Sapa Mas Indra selaku yang punya alat-alat camping yang akan kita sewa.
Kenapa bisa lama sampainya itu karena sopirnya sudah agak tua, ditambah
lagi malem-malem berkendaraan didataran tinggi, dinginnya memang kurang
ajar banget, apalagi hujan segala. Pantes aja jalannya pelan banget,
bahkan yang bikin saya ketawa kita berhenti 2x cuma karena si sopir mau
ngopi buat angetin badan. Hihi saya memakluminya sih karena saya juga
yang kulitnya berlapis-lapis lemak masih kedinginan.
Belum mendaki, badan sudah pegel-pegel.
Kemudian kita makan mie bareng-bareng, sambil ngobrol sama Mas Indra dan
dua temennya yang nantinya mau mengawal kita naik ke Sindoro. Karena
saya gak mau ambil resiko mendaki tengah malem dengan jumlah cewek lebih
banyak, apalagi kita juga gak tau jalurnya, makanya saya minta cariin
guide buat kita. Dan mereka adalah Mas Osa dan Mas Galih.
Baca juga : Curug yang romantis di Banyumas.
Selesai makan, kita langsung mempersiapkan perbekalan, dan dijam 01:30 dini hari kita mendaki Gunung Sindoro.
Mala, beti, Dwi, Turis, dan yang paling gendut itu si Justin bibir. |
Foto karya Beti si petualang sejati. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar