Karawang
adalah kota industry sekaligus juga sebagai salah satu kota penghasil padi
terbesar di Jawa barat. Jadi wajar saja kalau banyak orang taunya di Karawang
itu hanya ada pabrik-pabrik, sawah, padi, dan satu lagi yang banyak dikenal
orang tentang Karawang adalah goyang karawangnya yang menjadi salah satu
goyangan popular didunia dangndut. Namun siapa sangka kalau ternyata di kota
industry ini juga mempunyai kawasan desa wisata yang letaknya berada di paling
selatan. Nama desanya Mekarbuana, terletak di Kec. Tegalwaru.
Setelah berbulan-bulan lamanya di Karawang dengan kegiatan itu-itu aja, yaitu
lihatin tante-tante lagi nyuci baju. Lalu di suatu hari sabtu pagi tiba-tiba saya
berkeniatan/berkeinginan untuk keluyuran/jalan-jalan, hanya sekedar menghilangkan stres karena ternyata kartu as (pantura) sangat mahal buat sms-an kalau di pake di Karawang,
serta stres karena tante-tante yang biasa saya liatin saat lagi nyuci sudah mudik duluan. Tapi saya bingung mau jalan kemana,
naik apa, dengan siapa. Saya sih penginnya ke tempat yang sejuk, adem, dan
banyak angin, karena di Karawang ini cuacanya agak panas (Tapi gak sepanas
goyangannya duo serigala). Dan setelah saya bersemedi di toilet umum, akhirnya saya menemukan sebuah tempat
yang saya inginkan itu, letaknya masih di kawasan desa wisata Mekarbuana, yaitu
Curug Cigentis.
Sebenarnya ada banyak curug atau air terjun yang ada di kawasan
ini seperti Curug Bandung, Curug Cikarapyak, Curug Cipanundaan, Curug
Cikoleangkak dan mungkin masih ada banyak lagi disekitar kaki Gunung Sanggabuana.
Namun saya memilih berkunjung ke Cigentis karena sebagai wisata andalan di Karawang.
Setelah ketemu tempat yang akan dikunjungi, untunglah sodara saya mengijinkan saya untuk meminjamkan motornya dengan syarat
di isi bensinnya. Kalau itu sih gak masalah, asal syaratnya jangan minta di
kenalin ke Ayu ting ting.
Tepat
pukul 8 saya langsung berangkat dengan motor matic fahrio (keluaran lama).
Sementara rumah sodara yang saya tempati berada didekat Terminal klari (Karawang), sedangkan
untuk ke Desa Mekarbuana pertama saya ancer-ancernya adalah pintu tol karawang
barat, setelah itu ada jembatan yang kiranya 200 m sebelum pintu tol lalu saya
turun dan mengikuti jalur yang disamping kirinya sungai (Orang setempat
bilangnya Kali-malang). Gak sampai 1km ber-iringan dengan kali-malang kemudian belok ke arah barat dengan pemandangan khas kabupaten karawang yaitu hamparan
sawah yang hijau, namun tak begitu lama berdampingan dengan sawah, lalu melewati jalan yang terdapat banyak pembakaran-pembakaran karet ban.
Dari kejauhan saya pikir banyak rumah yang kebakaran, ternyata cuma karet ban
dibakar yang entah saya gak tau maksudnya untuk apa. Habis itu jalanan mulai
menanjak dan pemandangannya mulai bagus hingga akhirnya masuk ke Kawasan Desa Wisata
Mekarbuana yang berjarak sekitar 18 km dari Terminal klari dan saya tempuh
selama 2 jam dengan kecepatan rata-rata 40km/jam, serta 7 kali berhenti untuk tanya ke orang
agar bisa sampai ke sini.
Saya
pikir lokasi curugnya sudah dekat, ternyata masih 1 km lagi yang harus saya
tempuh dengan fahrio. Untungnya petunjuk jalan setelah memasuki kawasan wisata
sangat jelas, jadi tidak perlu Tanya ke orang lagi untuk sampai di Curug
Cigentis.
Setelah
sampai di parkiran motor, kemudian saya melanjutkan dengan jalan kaki sejauh 2
km menuju Curug Cigentis dengan kondisi jalan tanah liat dan bebatuan tajam
serta menanjak karena Curug Cigentis letaknya berada di ketinggian 1000 mdpl.
Sangat pas untuk siapapun yang ingin menurunkan berat badan kayak saya, atau
sekedar pemanasan sebelum mendaki gunung. Kalau kata akang-akang penjaga parkiran,
hanya 15 menit jalan terus sampai, tapi pada kenyataannya, 15 menit saya
baru berjalan beberapa langkah doang. Namun dengan perjuangan ingin melihat
suasana yang beda, akhirnya saya sampai di depan Curug Cigentis dengan total
waktu jalan 45 menit (2kali berhenti untuk minum serta 4kali berhenti lihat
orang pacaran).
Padahal
masih berjarak 20 meter dengan curugnya, tapi saya sudah langsung terkena
titik-titik air yang berterbangan terbawa oleh angin. Sementara angin yang kenceng itu sendiri disebabkan oleh derasnya air yang turun dari tebing setinggi 25 meter. Rasanya seperti gerimis setempat. Capeknya juga langsung hilang, bau
keringatnya juga hilang.
Meskipun
curugnya gak seindah Madakaripura (Malang) atau curug-curug yang terkenal di
Indonesia, tapi ini sangat luar biasa. Mengingat letaknya itu ada di kota
industry, menjadikan Curug Cigentis sebagai jawaban bahwa di Karawang alamnya
juga bagus. Jadi biar Karawang tidak selalu soal pabrik dan sawah, juga tidak selalu soal padi dan goyangan. Makanya pergilah ke Karawang
bagian selatan, maka kita akan menemukan sederet wisata alam yang ada di kawasan
desa wisata Mekarbuana. Contohnya Curug Cigentis.
Yang
lebih kerennya lagi adalah, disekitaran Curug Cigentis itu bersih tanpa sampah
berserakan. Itu karena para bapak-bapak penjaga curug yang dengan sigap
memungut sampah yang dibuang sembarangan oleh pengunjung yang gak tau arti
kebersihan itu apa. Ada juga para komunitas sepeda gunung yang turut serta
membersihkan lingkungan wisata Curug Cigentis. Salut.
Sementara
para pengunjung masih di dominasikan anak muda yang berpasang-pasangan, ada
juga yang segerobolan. Karena saya hanya sendirian, terpaksa saya meminta
bantuan pengunjung lain untuk foto-in saya dengan ikhlas.
Setelah
jepret sana-sini dan puas merasakan kesejukan, akhirnya saya putuskan untuk
pulang dengan membawa air dan batu yang saya ambil disungai untuk oleh-oleh
sodara saya. Siapa tau dengan ini dia jadi penasaran ingin ke Curug Cigentis.
Sedang asyiknya jalan pulang dan hampir sampai di parkiran motor, saya nemuin duit 5 ribu,
yaudah saya kantongin, namanya juga nemu. Tapi begitu sampai di parkiran motor,
saya meraba-raba saku celana belakang ternyata sarung tangan saya jatuh entah
dimana. Hmm nemuin duit 5 ribu tapi sarung tangan seharga 30 ribu malah ilang,
masih rugi 25 ribu nih. jadinya pas saya pulang naik motor sambil pula liatin kebawah
siapa tau ada duit jatuh 50 ribu kan jadi untung.
Catatan :
1)
Sebaikan membawa air ketika sedang jalan kaki menuju curugnya, entah itu bawa
dari rumah atau beli. jangan sok kuat kalau lagi jalan sama cewek.
2) Bawa uang,
karena ini bukan tempat wisatanya nenek sendiri jadi kalau mau masuk harus bayar sebesar Rp. 15.000.
Sendiri dulu... |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar