Senin, 30 Mei 2016

Keluarga Sering Keluyuran



Di postingan pertama blog baru ini (yang bertema jalan-jalan/keluyuran), saya ingin memperkenalkan keluarga baru saya yang juga penyuka jalan-jalan. Namun sebelumnya saya ingin sedikit cerita tentang enak dan gak enaknya jalan-jalan sendiri, sama pacar, bahkan sama temen.

Traveling/Liburan/Keluyuran sendirian memang mengasyikkan, karena semua keperluan, waktu, dan tempat wisata mana hanya kita sendiri yang menentukan. Mau naik kereta, pesawat, bus, angkot, jalan kaki, atau ngesot sekalipun terserah kita. Lalu mau pake jaket baru, jaket lama, celana panjang, celana pendek, atau gak pake celana juga terserah kita. Cuma susahnya traveling sendirian adalah kalau misal sedang menginap di hotel dan malem-malem pengin ke toilet gak ada yang nemenin.

Akan lebih romantis kalau traveling bareng pacar sendiri (Asal jangan pacar orang), kenapa aku bilang romantis, karena kemana-mana kita selalu berdua. Jalan berdua, naik motor berdua, makan berdua, tidur berdua, dan foto-foto juga selalu berdua. Lumayan kan fotonya pas lagi mendaki gunung bareng pacar atau foto pas lagi digigit hiu bareng pacar bisa dijadikan foto prewed nanti. Tapi takutnya kalau putus, lalu galau, apalagi kalau liat foto kenangan waktu jalan bareng, bisa depresi dan akhirnya gantung diri.

Makanya kalau traveling itu bareng teman/sahabat, jadi bisa seru-seruan bareng, gila-gilaan bareng, sampai gila beneran juga gak masalah asalkan sama teman. Cuma dari pengalamannya saya, kalau sama teman terkadang kita selalu beda pendapat dengan teman yang lain, termasuk juga beda pilihan. Ada yang inginnya naik kereta, ada pula yang inginnya naik motor. Serta ada yang inginnya mendaki, ada pula yang inginnya berenang dilaut bareng ubur-ubur. Akhirnya gak jadi jalan karena kelamaan mikir.

Hanya dengan keluargalah yang gak ada kendala buat traveling bareng, hanya dengan keluargalah liburan kita terasa hangat. Baik dari keluarga kita sendiri, atau ikut keluarganya pacar, asal bareng keluarga, liburan kita akan asyik. Atau yang lebih kerennya lagi kalau kita bikin keluarga baru. Kayak keluarga baru saya yang saya sebut dengan sebutan keluarga sering keluyuran, karena kami-kami yang kerjaannya suka keluyuran. Mungkin kalau dalam sebulan gak pernah jalan kita bisa sakit-sakitan, karena kita sudah kecanduan jalan-jalan/keluyuran. Dan sekarang perkenalkan anggota keluarga baru saya ini yang terdiri dari saya sendiri (Rizki), Mala (Pacar saya), Dwi (Adiknya Mala), Turis (Pacarnya Dwi), Wiwi (Adik bungsunya Mala), dan Rudi (Pacarnya Wiwi).

Saya, Turis, dan Rudi
Dwi, Wiwi, dan Mala
Sebenarnya sih... Mala, Dwi, dan Wiwi itu bukan kakak-adik sungguhan, cuma karena mereka sering ketemu ditempat kerja, kuliah juga di kampus yang sama, sering nangis-nangisan bareng, sering curhat-curhatan bareng, hingga akhirnya timbul rasa saling menyayangi satu-sama lain dan saling melindungi/membantu satu-sama lain. Mungkin, bisa saja mereka disebut sahabatan, tapi kalau sahabat bisa saja musuhan, saingan, dan akhirnya menghilang, tapi mereka tidak bisa dipisahkan, kalau ada Mala pasti ada Dwi dan Wiwi, begitupun kalau ada Dwi pasti ada Mala dan Wiwi. Mereka memang dilahirkan untuk menjadi sodara (kakak-adik) tapi dengan ibu kandung yang berbeda.



Lalu kenapa saya, Turis, dan Rudi ikut menjadi bagian dari keluarganya Mala, Dwi, dan Wiwi? Jawabannya mudah : karena kita pacarnya.

 
Tapi bukankah status pacar bisa saja putus lalu ganti yang baru? Memang. Kita ber-enam bisa saja putus, tapi hanya 0,5 % kemungkinannya. Karena Turis-Dwi sudah bertunangan dan sepertinya sebentar lagi mereka akan duduk bersama dalam kursi pelaminan. Sedangkan saya sama Mala sudah bertahun-tahun menjalin hubungan sampai kita tidak tau apa itu yang namannya putus, tinggal menunggu waktu yang tepat saja buat saya untuk melamar Mala. Mungkin hanya Wiwi dan Rudi saja yang usia pacarannya masih tergolong baru dibandingkan dengan Saya dengan Mala, serta Turis dengan Dwi, tapi saya rasa mereka sangat cocok, jadi buat apa tuhan mempertemukan mereka kalau mereka gak berjodoh.

Kemudian kita ber-enam bisa juga disebut dengan triple-date, tapi kalau tujuan kita hanya ngedate tiap kali traveling/makan/nongkrong pasti kita akan saling berpisah sepasang-sepasang. Sedangkan kita tiap kali jalan/nongkrong/makan kita akan selalu bersama ber-enam kemanapun jalannya dan dimanapun makannya, karena kita adalah keluarga, seperti yang kita lakukan saat pertama kalinya satu keluarga jalan bareng ke Dieng dan mendaki Gunung Prau. (Cerita ke Dieng akan saya posting di lain waktu).

Itulah kami yang bukan lagi sebagai teman, bukan juga sebagai sahabat, tapi kita adalah keluarga, keluarga baru.

Saya-Mala, Wiwi-Rudi, dan Dwi-Turis

5 komentar: