Kayaknya mala mulai terkena virusnya beti si petualang pencari air
terjun/curug, makanya setelah dari dieng mala ngajakin ke pemalang untuk
menengok 2 curug yang lagi ngetren di medsos dan tentunya sapa lagi
kalau bukan kata beti. Seperti yang saya ceritakan di postingan
sebelumnya ( Mendaki G. Prau ), kalau beti adalah seorang cewek yang sangat
hobi berpetualang, air terjun/curug menjadi pemandangan favoritnya,
bahkan dari semua air terjun yang ada di Jawa tengah sudah beti
jelajahi, kecuali yang belum. Oke cukup, dari pada entar beti ke
ge-er'an karena di ceritain terus, mending langsung jalan ke curug.
Untuk menuju curug sibedil, saya dan mala yang rumahnya dekat dengan
jalur pantura tegal terlebih dulu kita menuju ke slawi (pakai motor),
sampai di pertigaan yomani kita belok kiri, sedangkan arah lurus itu
menuju margasari. Dari sini perjalanan mulai menanjak sampai di
pertigaan tuwel yang kalau ke kanan arah bumiayu, dan kiri arah
pemalang/guci. Kita ambil kiri lagi dan ikuti jalan yang didominasi
tanjakan terjal dan berkelok. Kemudian sesampainya di pertigaan guci
yang kalau lurus itu ke pemandian air panas guci, dan ke kiri arah moga,
pemalang. Jelas dong kita ambil kiri karena emang tujuannya kita ada di
desa sima, kec. Moga, kab. Pemalang. Lalu di pertigaan terakhir yang
saya gak tau namannya apa, yang jelas kalau ambil kanan itu arah Purbalingga, dan lurus adalah jalur yang benar ke lokasi curugnya, dan
alkhamdulillah sekitar 1,5 jam, dengan 3 kali tanya ke orang, serta 1
kali nyasar akhirnya kita sampai juga di tempat parkirnya curug sibedil
yang letaknya didepan mushola. Cukup bayar Rp. 2.000 saja sebagai uang
parkir.
Perjalanan kita lanjutkan dengan jalan kaki melewati rumah warga, serta melintasi sungai kecil.
Suara deburan air terjun sangat terdengar jelas dibalik bambu-bambu yang
menghalangi. Kemudian kita menjumpai pos atau semacam loket. Kita yang
akan masuk di kenakan biaya sebesar Rp. 8.000 untuk dua orang. Tapi tenang, bagi yang tidak
ingin membayar, kita bisa mengitari sungai yang tadi, karena aliran
sungai tersebut nantinya akan sampai di atas tebing curug sibedil, dan kita bisa
lompat dari atas curug tersebut, tapi resikonya nyawa bisa melayang.
Selepas bayar karcis masuk, kita turun tangga dan terlihat dengan jelas pesona curug sibedil yang sangat imut itu.
Dengan 3 air terjun yang keluar dari tebing inilah yang disebut curug
sibedil, entah dari mana asal namanya curug ini yang jelas saya dan mala
menikmatinya.
Kita menyusuri keimutannya curug sibedil lainnya dengan berfoto-foto di
beberapa sudut. Kenapa saya bilang imut, karena curug ini
terbilang pendek dengan hanya 20 meter saja ketinggiannya, tapi cantik, ibaratnya kayak personil jkt-48 gitulah.
Disini juga banyak batu-batu besar, menambah kecantikannya curug
sibedil. Cuma sayang, banyak corat-coret dari tangan-tangan jahil.
"menatapnya jangan gitu dong!! bikin yang moto'in grogi"
Tak sampai 1 jam, kita bergegas meninggalkan curug sibedil dan segera
menuju curug bengkawah yang jaraknya gak jauh-jauh amat kata (sapa lagi
kalau bukan) beti.
Curug bengkawah terletak di desa sikasur, kec. Belik, kab. Pemalang.
Untuk menuju kesini kita ancer-ancernya terminal randudongkal, karena
selepas terminal kita akan menjumpai berbagai petunjuk arah.
Sebelum sampai di bengkawah, kita akan di uji adrenalin kita karena
harus melewati sebuah jalanan (berupa tanah liat) di pinggiran sawah
yang hanya bisa di lalui 1 motor saja. Sedangkan samping-sampingnya
adalah sawah dan sungai tanpa pembatas. Kalau gak hati-hati atau lagi
mikirin sinetron anak jalanan, kita tinggal pilih mau jembur ke sungai
atau berlumpur ria di sawah milik warga. Untungnya saat saya lewat jalan
ini gak ada motor yang berlawanan arah, bisa-bisa salah satu dari kami
harus ngalah minggirin motor karena memang jalanannya sempit. Sedangkan
bagi yang ingin ke bengkawah naik mobil, mending mobilnya di titipin
dirumah saya dan jangan di ambil lagi.
Setelah 45 menit berlalu dari curug sibedil, kita sampai juga di tempat
parkir yang lokasinya ada di tengah-tengah sawah dengan tanah cukup
lapang.
Lagi nungguin panenan padi ya mas? |
Bayar 10.000 untuk parkir motor sekaligus biaya tiket masuk ke curug.
Awalnya saya mikir ini mau lihat curug atau mau bercocok tanam, karena
gak ada tanda-tanda keberadaannya si curug bengkawah. Kemudian kita di
arahkan sama bapak penjaga parkir untuk menuju lokasi curugnya yang
berada sekitar 500 meter dari parkiran dan kita akan keluar dari
persawahan kemudian masuk ke wilayah curug yang banyak pohon-pohonnya, bahkan
ada pohon beringin besar di tengah-tengahnya. Dari sini kita bisa
melihat dengan jelas pesonanya curug bengkawah.
Sama kayak curug sibedil, ada tiga air terjun yang keluar dari tebing.
Namun disini debit airnya lebih besar dan deras. Mungkin karena
ketinggiannya yang kalau di ukur pake penggaris bisa sekitar 50 meter,
makanya airnya sangat kenceng. Persis kayak waktu saya ke curug
cigeuntis.
Baca juga : Curug Cigentis, Karawang
Pengunjung di bengkawah ini di dominasikan oleh para keluarga-keluarga
bahagia, beda saat waktu kita ke sibedil tadi, lebih didominasi oleh
para sepasang kekasih, termasuk saya dan mala.
Pasti Mala lagi mikirin ini "Gimana ya biar Rizqi bisa kurus lagi" |
Kita tak banyak mengeluarkan uang untuk bisa menuju ke dua curug ini.
Tapi bukan berarti pemandangannya murahan. Malahan kita dapat
kembaliannya. Tapi bukan berupa uang, melainkan sebuah pemandangan yang
alami. Mungkin bagi pecinta curug (kayak beti) lebih bisa
mendeskripsikan arti keindahannya sebuah air terjun. Tapi kalau
menurut saya, sesuatu hal yang jatuh itu keren, kayak air terjun banyak
air jatuh dari atas tebing. Itu Keren. Terus seseorang lagi jatuh cinta
juga keren.
kalau jatuh miskin riz?
itu keren, asalkan kita bisa bangkit dan kembali untuk sukses.
Kalau jatuh dari motor riz?
Itu juga keren, asalkan pacar kita rela merawat kita.
Kalau gak punya pacar riz?
Mati aja lo. Banyak tanya.
Mungkin hanya ini yang bisa saya ceritakan. Salam Keluyuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar