Kamis, 18 Agustus 2016

Keluyuran di pemalang # 1 : Menengok curug sibedil dan curug bengkawah

Kayaknya mala mulai terkena virusnya beti si petualang pencari air terjun/curug, makanya setelah dari dieng mala ngajakin ke pemalang untuk menengok 2 curug yang lagi ngetren di medsos dan tentunya sapa lagi kalau bukan kata beti. Seperti yang saya ceritakan di postingan sebelumnya ( Mendaki G. Prau ), kalau beti adalah seorang cewek yang sangat hobi berpetualang, air terjun/curug menjadi pemandangan favoritnya, bahkan dari semua air terjun yang ada di Jawa tengah sudah beti jelajahi, kecuali yang belum. Oke cukup, dari pada entar beti ke ge-er'an karena di ceritain terus, mending langsung jalan ke curug.

Untuk menuju curug sibedil, saya dan mala yang rumahnya dekat dengan jalur pantura tegal terlebih dulu kita menuju ke slawi (pakai motor), sampai di pertigaan yomani kita belok kiri, sedangkan arah lurus itu menuju margasari. Dari sini perjalanan mulai menanjak sampai di pertigaan tuwel yang kalau ke kanan arah bumiayu, dan kiri arah pemalang/guci. Kita ambil kiri lagi dan ikuti jalan yang didominasi tanjakan terjal dan berkelok. Kemudian sesampainya di pertigaan guci yang kalau lurus itu ke pemandian air panas guci, dan ke kiri arah moga, pemalang. Jelas dong kita ambil kiri karena emang tujuannya kita ada di desa sima, kec. Moga, kab. Pemalang. Lalu di pertigaan terakhir yang saya gak tau namannya apa, yang jelas kalau ambil kanan itu arah Purbalingga, dan lurus adalah jalur yang benar ke lokasi curugnya, dan alkhamdulillah sekitar 1,5 jam, dengan 3 kali tanya ke orang, serta 1 kali nyasar akhirnya kita sampai juga di tempat parkirnya curug sibedil yang letaknya didepan mushola. Cukup bayar Rp. 2.000 saja sebagai uang parkir.

Perjalanan kita lanjutkan dengan jalan kaki melewati rumah warga, serta melintasi sungai kecil.

Suara deburan air terjun sangat terdengar jelas dibalik bambu-bambu yang menghalangi. Kemudian kita menjumpai pos atau semacam loket. Kita yang akan masuk di kenakan biaya sebesar Rp. 8.000 untuk dua orang. Tapi tenang, bagi yang tidak ingin membayar, kita bisa mengitari sungai yang tadi, karena aliran sungai tersebut nantinya akan sampai di atas tebing curug sibedil, dan kita bisa lompat dari atas curug tersebut, tapi resikonya nyawa bisa melayang.

Selepas bayar karcis masuk, kita turun tangga dan terlihat dengan jelas pesona curug sibedil yang sangat imut itu.
Dengan 3 air terjun yang keluar dari tebing inilah yang disebut curug sibedil, entah dari mana asal namanya curug ini yang jelas saya dan mala menikmatinya.
Kita menyusuri keimutannya curug sibedil lainnya dengan berfoto-foto di beberapa sudut. Kenapa saya bilang imut, karena curug ini terbilang pendek dengan hanya 20 meter saja ketinggiannya, tapi cantik, ibaratnya kayak personil jkt-48 gitulah. Disini juga banyak batu-batu besar, menambah kecantikannya curug sibedil. Cuma sayang, banyak corat-coret dari tangan-tangan jahil.
"menatapnya jangan gitu dong!! bikin yang moto'in grogi"


Tak sampai 1 jam, kita bergegas meninggalkan curug sibedil dan segera menuju curug bengkawah yang jaraknya gak jauh-jauh amat kata (sapa lagi kalau bukan) beti.

Curug bengkawah terletak di desa sikasur, kec. Belik, kab. Pemalang. Untuk menuju kesini kita ancer-ancernya terminal randudongkal, karena selepas terminal kita akan menjumpai berbagai petunjuk arah.

Sebelum sampai di bengkawah, kita akan di uji adrenalin kita karena harus melewati sebuah jalanan (berupa tanah liat) di pinggiran sawah yang hanya bisa di lalui 1 motor saja. Sedangkan samping-sampingnya adalah sawah dan sungai tanpa pembatas. Kalau gak hati-hati atau lagi mikirin sinetron anak jalanan, kita tinggal pilih mau jembur ke sungai atau berlumpur ria di sawah milik warga. Untungnya saat saya lewat jalan ini gak ada motor yang berlawanan arah, bisa-bisa salah satu dari kami harus ngalah minggirin motor karena memang jalanannya sempit. Sedangkan bagi yang ingin ke bengkawah naik mobil, mending mobilnya di titipin dirumah saya dan jangan di ambil lagi.

Setelah 45 menit berlalu dari curug sibedil, kita sampai juga di tempat parkir yang lokasinya ada di tengah-tengah sawah dengan tanah cukup lapang.




Lagi nungguin panenan padi ya mas?
Bayar 10.000 untuk parkir motor sekaligus biaya tiket masuk ke curug. Awalnya saya mikir ini mau lihat curug atau mau bercocok tanam, karena gak ada tanda-tanda keberadaannya si curug bengkawah. Kemudian kita di arahkan sama bapak penjaga parkir untuk menuju lokasi curugnya yang berada sekitar 500 meter dari parkiran dan kita akan keluar dari persawahan kemudian masuk ke wilayah curug yang banyak pohon-pohonnya, bahkan ada pohon beringin besar di tengah-tengahnya. Dari sini kita bisa melihat dengan jelas pesonanya curug bengkawah.

Sama kayak curug sibedil, ada tiga air terjun yang keluar dari tebing. Namun disini debit airnya lebih besar dan deras. Mungkin karena ketinggiannya yang kalau di ukur pake penggaris bisa sekitar 50 meter, makanya airnya sangat kenceng. Persis kayak waktu saya ke curug cigeuntis.


Pengunjung di bengkawah ini di dominasikan oleh para keluarga-keluarga bahagia, beda saat waktu kita ke sibedil tadi, lebih didominasi oleh para sepasang kekasih, termasuk saya dan mala.


Pasti Mala lagi mikirin ini "Gimana ya biar Rizqi bisa kurus lagi"
Kita tak banyak mengeluarkan uang untuk bisa menuju ke dua curug ini. Tapi bukan berarti pemandangannya murahan. Malahan kita dapat kembaliannya. Tapi bukan berupa uang, melainkan sebuah pemandangan yang alami. Mungkin bagi pecinta curug (kayak beti) lebih bisa mendeskripsikan arti keindahannya sebuah air terjun. Tapi kalau menurut saya, sesuatu hal yang jatuh itu keren, kayak air terjun banyak air jatuh dari atas tebing. Itu Keren. Terus seseorang lagi jatuh cinta juga keren.

kalau jatuh miskin riz?
itu keren, asalkan kita bisa bangkit dan kembali untuk sukses.

Kalau jatuh dari motor riz?
Itu juga keren, asalkan pacar kita rela merawat kita.

Kalau gak punya pacar riz?
Mati aja lo. Banyak tanya.

Mungkin hanya ini yang bisa saya ceritakan. Salam Keluyuran.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar