Untuk pertama kalinya, beti ngajakin jalan bukan untuk melihat curug, tapi ini ke
bukit. Entah ini mimpi atau nyata, yang jelas beti udah menyimpang dari
moto hidupnya yaitu gak akan berhenti bertualang sebelum melihat semua
air terjun yang ada di Indonesia. Keren ya beti. Cuma sayangnya untuk keluyuran
kali ini saya disuruh mengawal 6 anak cewek menaiki bukit.
Serius?
Iya saya cowok sendirian.
Enak dong!
Enak palalu...
Sebenernya saya udah berjanji gak akan naik ke gunung atau bukit lagi
sebelum kurus, karena pasti akan menyusahi diri sendiri. Ini malah
disuruh ngawal para ladies buat naik ke bukit batuagung. Dan mereka
adalah mala, dwi, wiwi (anggota keluarga sering keluyuran), bernat, beti, dan terakhir rina (tanpa nose). Sedangkan bukit batuagung ini
bukan termasuk/belum menjadi sebuah destinasi obyek wisata di kab. Tegal, akan
tetapi bukit batu yang letaknya di desa batuagung, kec. Balapulang, kab.
Tegal ini sedang tenar-tenarnya bagi penikmat wisata alam.
Malam harinya sebelum pergi besok, saya sempet usul ke mala untuk
menyuruh para ladies itu membawa pacarnya masing-masing atau minimal
bawa 1 cowok lagi. Tapi jawaban mereka adalah para cowok-cowok mereka
pada gak bisa ikut.
Oke. Kayaknya ini bakal jadi mimpi buruk saya besok. Kemudian kita sepakat untuk kumpul di pasar langon jam 6 pagi.
Keesokan harinya, setelah terkumpul 7 anak (ditambah saya) kita mulai jalan.
Tidak begitu susah untuk sampai di desa batuagung, kec. Balapulang, kita
terlebih dulu melewati jalur utama slawi-purwokerto, kemudian sampai di
pertigaan yomani, lalu kita belok kiri, kita ikutin jalan sampai di
pertigaan yang ada tulisan SMA N 1 Balapulang terus kita belok ke kanan.
Hanya berjarak sekitar 500 meteran kita sampai di gerbang desa
batuagung (kiri jalan). Dan pastinya kita masuk ke gerbang desa
batuagung dengan kondisi jalan yang sedikit rusak. Dari situ kita
dituntut jeli untuk melihat-lihat petunjuk jalan yang memang sudah di
siapkan oleh warga setempat dan ikuti terus jalan yang ada hingga
bertemu dengan kebun tebu dengan kondisi jalannya rusak parah. Kemudian
dari kebun tebu, kita akan menjumpai tempat parkirnya.
Sesampainya di parkiran, salah satu dari anak cewek ini ada yang minta
ke sungai karena ingin buang air, tapi akhirnya mereka berenam sama-sama
ke kali. Sedangkan saya udah kayak tukang parkir yang lagi jagain
motor.
"Mas butuh guide? Mereka-mereka (para cewek) pasti gak akan ada yang bisa buat
hiking sampe di puncaknya?" Kata mas-mas penjaga parkiran yang tiba-tiba
nyamperin saya. Mungkin juga merasa kasian liat saya seorang cowok
sendirian.
"Mereka kuat kok mas. Kemarin aja kita habis dari puncak everest"
padahal boro-boro puncak everest, ke gunung prau aja capeknya minta
ampun.
Untuk trip kali ini saya ada temennya, yaitu bernat. yang dimaksud ada
temennya adalah Kita sama-sama pemilik badan yang over alias kelebihan
lemak. Tapi kita enjoy aja sih karena emang jalurnya biasa aja. Eh baru
bilang kayak gini didepan kita ada tumpukan batu besar yang harus kita
lewatin, dan ternyata tumpukan batu-batuan besar ini bertumpuk sampai ke
puncaknya. Mungkin ini sebabnya kenapa dinamakan bukit batuagung (agung : besar).
Kita dituntut punya skill panjat tebing. Sementara skill yang kita
miliki adalah ngerumpiin orang. Karena sepanjang perjalanan naik bukit
ini gak tau sudah berapa orang yang di rumpiin. Maklum sih, namanya juga
cewek, dimana pun tempatnya, ngerumpi selalu ada.
Balik ke cerita, kita agak kesusahan buat naikin si bernat ke salah satu
jalur tersulit sebelum ke puncak. Mau di gotong kita gak ada yang kuat,
mau di tarik pake tali tapi gak ada tali yang kuat, mau di derek juga gak mungkin
ada mobil derek diatas bukit. Bernat sendiri sudah sedikit nyerah buat
naik, cuma karena dorongan semangat dari teman-teman yang lain
seakan-akan membuat bernat mungkin melupakan berat badannya itu sehingga
dengan bismillah akhirnya bernat bisa naik. Saya pun yang dibelakangnya
bernat ikut melupakan kegemukan yang saya alami ini untuk naik ke
tumpukan batu besar. Alkhamdulillah juga saya bisa naik.
Tapi ini belum berakhir.
Sebelum ke puncak kita terlebih dulu berhenti di spot foto pertama, cuma
masalahnya kalau tadi kita harus naikin tumpukan batu besar, sekarang
harus lewatin lorong-lorong sambil tiduran, karena emang lorongnya
kecil, lorong-lorong ini sendiri terbuat dari tumpukan batu dan ada
sela-selanya yang dijadikan jalan untuk ke spot foto pertama, kalau gak
hati-hati kepala kita kena batu yang ada diatasnya.
Trip kali ini tidak di anjurkan untuk anak yang manja, anak yang
takut kotor, atau anak yang gak mau capek. Karena disini bukan
tempatnya. Apalagi bagi anak yang suka make up wajah, takut item,
mending jauh-jauh dari tempat ini. Karena tempat ini cocoknya bagi anak
yang eksplor banget, gak takut mukanya kena debu, gak takut kulitnya
item, karena konsekuensinya para anak petualang ya harus berani kotor
dan berani item.
Sampai juga kita di spot foto pertama.
Mereka semua gak ada yang ngertiin perasaan saya yang sangat was-was takut ada yang jatuh karena saking asyiknya foto-foto. Sumpah, saya gak menikmati perjalanan kali ini, ditambah lagi saking banyaknya orang yang naik bukit ini membuat saya gak punya kesempatan buat foto bareng mala.
Kasian banget lo Riz. gak di ajakin foto.
Puas foto-foto, selanjutnya kita kembali jalan ke puncak semar, puncak
tertinggi di bukit batu agung. Jadi bukit batu agung ini ada dua puncak,
1) puncak semar yang banyak dikunjungi orang, 2) puncak bendera yang
sangat terjal untuk menuju puncak ini, dinamakan puncak bendera karena
ada bendera di puncaknya.
Untuk menuju puncak semar, jalurnya sih tidak seberat tadi, cuma lebar
jalannya sempit banget. Sebelah kanan kita batu-batuan besar yang sudah
kayak tembok, sedangkan sebelah kirinya kita terdapat tebing jurang yang
siap memakan korban kalau gak hati-hati, karena gak ada pembatasnya
sama sekali. Ditambah lagi dengan banyaknya pengunjung yang datang
kesini sehingga membuat kita gak bisa lanjut jalan karena di puncaknya
juga sudah padat pengunjung. Sialan emang, kirain macet cuma dijalan
doang, tapi dibukit juga bisa macet gini.
Kemudian kita urungkan niat kita ke puncak semar demi keselamatan, terus kita memilih jalan ke spot foto kedua.
Ini adalah ngetrip ter-ngeri buat saya, selain jalur pendakiannya
menyusahkan, ditambah lagi saya cowok sendirian. Gak mungkin kan saya
cuma jagain mala doang, tapi saya pantau semuanya, saya jagain semuanya.
Cuma beti yang menyusahkan, dia suka jalan sendirian didepan, suka
diluar jangkauan saya. Takutnya barangkali ada apa-apa kan saya yang
tanggung jawab. Sedangkan saya posisinya paling belakang jagain bernat
barangkali gelundung kebawah. Tapi alkhamdulillah kita semua selamat
sampai di rumah masing-masing. Hebat kan?
Iya hebat tapi pulang-pulang langsung tepar.
kita cukup berbangga, karena di tegal (khususnya desa batuagung, kec.
Balapulang, kab. Tegal) mempunyai bukit batuagung ini. Ini bisa
dijadikan pemanasan ketika mau mendaki ke gunung sungguhan. Spot-spotnya
juga lumayan keren, sebanding dengan perjuangan kita untuk sampai ke
atas. Jadi tunggu apalagi untuk keluar rumah dan menjelajah bukit
batuagung ini. Yang terpenting kita selalu inget untuk mengutamakan
keselamatan daripada foto-foto di tempat keren.
Salam keluyuran dari batuagung, sampai ketemu lagi di cerita berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar