Selasa, 23 Agustus 2016

Di paksa ikut naik Bukit Batu Agung

Untuk pertama kalinya, beti ngajakin jalan bukan untuk melihat curug, tapi ini ke bukit. Entah ini mimpi atau nyata, yang jelas beti udah menyimpang dari moto hidupnya yaitu gak akan berhenti bertualang sebelum melihat semua air terjun yang ada di Indonesia. Keren ya beti. Cuma sayangnya untuk keluyuran kali ini saya disuruh mengawal 6 anak cewek menaiki bukit.

Serius?
Iya saya cowok sendirian.
Enak dong!
Enak palalu...  

Sebenernya saya udah berjanji gak akan naik ke gunung atau bukit lagi sebelum kurus, karena pasti akan menyusahi diri sendiri. Ini malah disuruh ngawal para ladies buat naik ke bukit batuagung. Dan mereka adalah mala, dwi, wiwi (anggota keluarga sering keluyuran), bernat, beti, dan terakhir rina (tanpa nose). Sedangkan bukit batuagung ini bukan termasuk/belum menjadi sebuah destinasi obyek wisata di kab. Tegal, akan tetapi bukit batu yang letaknya di desa batuagung, kec. Balapulang, kab. Tegal ini sedang tenar-tenarnya bagi penikmat wisata alam.

Malam harinya sebelum pergi besok, saya sempet usul ke mala untuk menyuruh para ladies itu membawa pacarnya masing-masing atau minimal bawa 1 cowok lagi. Tapi jawaban mereka adalah para cowok-cowok mereka pada gak bisa ikut.

Oke. Kayaknya ini bakal jadi mimpi buruk saya besok. Kemudian kita sepakat untuk kumpul di pasar langon jam 6 pagi.

Keesokan harinya, setelah terkumpul 7 anak (ditambah saya) kita mulai jalan. 

Tidak begitu susah untuk sampai di desa batuagung, kec. Balapulang, kita terlebih dulu melewati jalur utama slawi-purwokerto, kemudian sampai di pertigaan yomani, lalu kita belok kiri, kita ikutin jalan sampai di pertigaan yang ada tulisan SMA N 1 Balapulang terus kita belok ke kanan. Hanya berjarak sekitar 500 meteran kita sampai di gerbang desa batuagung (kiri jalan). Dan pastinya kita masuk ke gerbang desa batuagung dengan kondisi jalan yang sedikit rusak. Dari situ kita dituntut jeli untuk melihat-lihat petunjuk jalan yang memang sudah di siapkan oleh warga setempat dan ikuti terus jalan yang ada hingga bertemu dengan kebun tebu dengan kondisi jalannya rusak parah. Kemudian dari kebun tebu, kita akan menjumpai tempat parkirnya. 

Sesampainya di parkiran, salah satu dari anak cewek ini ada yang minta ke sungai karena ingin buang air, tapi akhirnya mereka berenam sama-sama ke kali. Sedangkan saya udah kayak tukang parkir yang lagi jagain motor.  

"Mas butuh guide? Mereka-mereka (para cewek) pasti gak akan ada yang bisa buat hiking sampe di puncaknya?" Kata mas-mas penjaga parkiran yang tiba-tiba nyamperin saya. Mungkin juga merasa kasian liat saya seorang cowok sendirian.

"Mereka kuat kok mas. Kemarin aja kita habis dari puncak everest" padahal boro-boro puncak everest, ke gunung prau aja capeknya minta ampun.


Untuk trip kali ini saya ada temennya, yaitu bernat. yang dimaksud ada temennya adalah Kita sama-sama pemilik badan yang over alias kelebihan lemak. Tapi kita enjoy aja sih karena emang jalurnya biasa aja. Eh baru bilang kayak gini didepan kita ada tumpukan batu besar yang harus kita lewatin, dan ternyata tumpukan batu-batuan besar ini bertumpuk sampai ke puncaknya. Mungkin ini sebabnya kenapa dinamakan bukit batuagung (agung : besar).






Kita dituntut punya skill panjat tebing. Sementara skill yang kita miliki adalah ngerumpiin orang. Karena sepanjang perjalanan naik bukit ini gak tau sudah berapa orang yang di rumpiin. Maklum sih, namanya juga cewek, dimana pun tempatnya, ngerumpi selalu ada.

Balik ke cerita, kita agak kesusahan buat naikin si bernat ke salah satu jalur tersulit sebelum ke puncak. Mau di gotong kita gak ada yang kuat, mau di tarik pake tali tapi gak ada tali yang kuat, mau di derek juga gak mungkin ada mobil derek diatas bukit. Bernat sendiri sudah sedikit nyerah buat naik, cuma karena dorongan semangat dari teman-teman yang lain seakan-akan membuat bernat mungkin melupakan berat badannya itu sehingga dengan bismillah akhirnya bernat bisa naik. Saya pun yang dibelakangnya bernat ikut melupakan kegemukan yang saya alami ini untuk naik ke tumpukan batu besar. Alkhamdulillah juga saya bisa naik.

Tapi ini belum berakhir.

Sebelum ke puncak kita terlebih dulu berhenti di spot foto pertama, cuma masalahnya kalau tadi kita harus naikin tumpukan batu besar, sekarang harus lewatin lorong-lorong sambil tiduran, karena emang lorongnya kecil, lorong-lorong ini sendiri terbuat dari tumpukan batu dan ada sela-selanya yang dijadikan jalan untuk ke spot foto pertama, kalau gak hati-hati kepala kita kena batu yang ada diatasnya.

Trip kali ini tidak di anjurkan untuk anak yang manja, anak yang takut kotor, atau anak yang gak mau capek. Karena disini bukan tempatnya. Apalagi bagi anak yang suka make up wajah, takut item, mending jauh-jauh dari tempat ini. Karena tempat ini cocoknya bagi anak yang eksplor banget, gak takut mukanya kena debu, gak takut kulitnya item, karena konsekuensinya para anak petualang ya harus berani kotor dan berani item.

Sampai juga kita di spot foto pertama.  




Mereka semua gak ada yang ngertiin perasaan saya yang sangat was-was takut ada yang jatuh karena saking asyiknya foto-foto. Sumpah, saya gak menikmati perjalanan kali ini, ditambah lagi saking banyaknya orang yang naik bukit ini membuat saya gak punya kesempatan buat foto bareng mala.

Kasian banget lo Riz. gak di ajakin foto.










Puas foto-foto, selanjutnya kita kembali jalan ke puncak semar, puncak tertinggi di bukit batu agung. Jadi bukit batu agung ini ada dua puncak, 1) puncak semar yang banyak dikunjungi orang, 2) puncak bendera yang sangat terjal untuk menuju puncak ini, dinamakan puncak bendera karena ada bendera di puncaknya.

Untuk menuju puncak semar, jalurnya sih tidak seberat tadi, cuma lebar jalannya sempit banget. Sebelah kanan kita batu-batuan besar yang sudah kayak tembok, sedangkan sebelah kirinya kita terdapat tebing jurang yang siap memakan korban kalau gak hati-hati, karena gak ada pembatasnya sama sekali. Ditambah lagi dengan banyaknya pengunjung yang datang kesini sehingga membuat kita gak bisa lanjut jalan karena di puncaknya juga sudah padat pengunjung. Sialan emang, kirain macet cuma dijalan doang, tapi dibukit juga bisa macet gini.

Kemudian kita urungkan niat kita ke puncak semar demi keselamatan, terus kita memilih jalan ke spot foto kedua.



Ini adalah ngetrip ter-ngeri buat saya, selain jalur pendakiannya menyusahkan, ditambah lagi saya cowok sendirian. Gak mungkin kan saya cuma jagain mala doang, tapi saya pantau semuanya, saya jagain semuanya. Cuma beti yang menyusahkan, dia suka jalan sendirian didepan, suka diluar jangkauan saya. Takutnya barangkali ada apa-apa kan saya yang tanggung jawab. Sedangkan saya posisinya paling belakang jagain bernat barangkali gelundung kebawah. Tapi alkhamdulillah kita semua selamat sampai di rumah masing-masing. Hebat kan?

Iya hebat tapi pulang-pulang langsung tepar.  

kita cukup berbangga, karena di tegal (khususnya desa batuagung, kec. Balapulang, kab. Tegal) mempunyai bukit batuagung ini. Ini bisa dijadikan pemanasan ketika mau mendaki ke gunung sungguhan. Spot-spotnya juga lumayan keren, sebanding dengan perjuangan kita untuk sampai ke atas. Jadi tunggu apalagi untuk keluar rumah dan menjelajah bukit batuagung ini. Yang terpenting kita selalu inget untuk mengutamakan keselamatan daripada foto-foto di tempat keren.

Salam keluyuran dari batuagung, sampai ketemu lagi di cerita berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar