Di postingan pertama blog baru ini (yang bertema jalan-jalan/keluyuran), saya ingin memperkenalkan keluarga baru saya yang juga penyuka jalan-jalan. Namun sebelumnya saya ingin sedikit cerita tentang enak dan gak enaknya jalan-jalan sendiri, sama pacar, bahkan sama temen.
Traveling/Liburan/Keluyuran
sendirian memang mengasyikkan, karena semua keperluan, waktu, dan tempat wisata
mana hanya kita sendiri yang menentukan. Mau naik kereta, pesawat, bus, angkot,
jalan kaki, atau ngesot sekalipun terserah kita. Lalu mau pake jaket baru,
jaket lama, celana panjang, celana pendek, atau gak pake celana juga terserah
kita. Cuma susahnya traveling sendirian adalah kalau misal sedang menginap di
hotel dan malem-malem pengin ke toilet gak ada yang nemenin.
Akan lebih
romantis kalau traveling bareng pacar sendiri (Asal jangan pacar orang), kenapa
aku bilang romantis, karena kemana-mana kita selalu berdua. Jalan berdua, naik
motor berdua, makan berdua, tidur berdua, dan foto-foto juga selalu
berdua. Lumayan kan fotonya pas lagi mendaki gunung bareng pacar atau foto pas
lagi digigit hiu bareng pacar bisa dijadikan foto prewed nanti. Tapi takutnya kalau putus, lalu galau, apalagi kalau
liat foto kenangan waktu jalan bareng, bisa depresi dan akhirnya gantung diri.
Makanya kalau
traveling itu bareng teman/sahabat, jadi bisa seru-seruan bareng, gila-gilaan
bareng, sampai gila beneran juga gak masalah asalkan sama teman. Cuma dari
pengalamannya saya, kalau sama teman terkadang kita selalu beda pendapat dengan
teman yang lain, termasuk juga beda pilihan. Ada yang inginnya naik kereta, ada
pula yang inginnya naik motor. Serta ada yang inginnya mendaki, ada pula yang
inginnya berenang dilaut bareng ubur-ubur. Akhirnya gak jadi jalan karena
kelamaan mikir.
Hanya dengan
keluargalah yang gak ada kendala buat traveling bareng, hanya dengan keluargalah liburan kita terasa hangat. Baik dari keluarga kita
sendiri, atau ikut keluarganya pacar, asal bareng keluarga, liburan kita akan
asyik. Atau yang lebih kerennya lagi kalau kita bikin keluarga baru. Kayak
keluarga baru saya yang saya sebut dengan sebutan keluarga sering keluyuran,
karena kami-kami yang kerjaannya suka keluyuran. Mungkin kalau dalam sebulan gak pernah jalan kita bisa sakit-sakitan, karena kita sudah kecanduan jalan-jalan/keluyuran. Dan sekarang perkenalkan anggota keluarga
baru saya ini yang terdiri dari saya sendiri (Rizki), Mala (Pacar saya), Dwi (Adiknya
Mala), Turis (Pacarnya Dwi), Wiwi (Adik bungsunya Mala), dan Rudi (Pacarnya Wiwi).
Saya, Turis, dan Rudi |
Dwi, Wiwi, dan Mala |
Lalu kenapa saya, Turis, dan Rudi ikut menjadi bagian dari keluarganya Mala, Dwi, dan Wiwi? Jawabannya mudah : karena kita pacarnya.
Tapi
bukankah
status pacar bisa saja putus lalu ganti yang baru? Memang. Kita ber-enam
bisa
saja putus, tapi hanya 0,5 % kemungkinannya. Karena Turis-Dwi sudah
bertunangan
dan sepertinya sebentar lagi mereka akan duduk bersama dalam kursi
pelaminan. Sedangkan
saya sama Mala sudah bertahun-tahun menjalin hubungan sampai kita tidak
tau apa
itu yang namannya putus, tinggal menunggu waktu yang tepat saja buat
saya untuk
melamar Mala. Mungkin hanya Wiwi dan Rudi saja yang usia pacarannya
masih
tergolong baru dibandingkan dengan Saya dengan Mala, serta Turis dengan
Dwi, tapi saya rasa mereka sangat cocok, jadi buat apa tuhan
mempertemukan
mereka kalau mereka gak berjodoh.
Kemudian kita
ber-enam bisa juga disebut dengan triple-date,
tapi kalau tujuan kita hanya ngedate
tiap kali traveling/makan/nongkrong pasti kita akan saling berpisah sepasang-sepasang. Sedangkan kita tiap kali jalan/nongkrong/makan kita akan
selalu bersama ber-enam kemanapun jalannya dan dimanapun makannya, karena kita adalah keluarga, seperti yang kita lakukan
saat pertama kalinya satu keluarga jalan bareng ke Dieng dan mendaki Gunung
Prau. (Cerita ke Dieng akan saya posting di lain waktu).
Itulah kami yang
bukan lagi sebagai teman, bukan juga sebagai sahabat, tapi kita adalah
keluarga, keluarga baru.
Saya-Mala, Wiwi-Rudi, dan Dwi-Turis |