Bumiayu
merupakan sebuah pusat kota Brebes bagian selatan, dengan letaknya yang
berada di jalur utama sebagai penghubung Tegal dan Purwokerto,
serta jalur kereta api penghubung
Jakarta-Cirebon-Purwokerto-Yogyakarta, membuat Bumiayu terlihat seperti
berdiri sendiri sebagai kota, karena terdapat stasiun kereta dan juga
terminal bus. Tapi disini saya tidak akan membicarakan hal tersebut,
melainkan untuk kembali keluyuran bersama pacar (Mala) ke destinasi
selanjutnya yang berada di Bumiayu, lebih tepatnya di kec. Paguyangan,
dimana tempat ini bisa bikin kita merinding kedinginan.
Kita ke Bumiayu berawal dari sebuah
postingan foto orang di Facebook saya. Kemudian saya liat
fotonya ternyata keren banget nyampe saya ngiler pengin kesitu. Tanpa
berpikir lama esoknya langsung jalan.
Rencana awal kita akan berangkat dari
rumah jam 9 pagi, cuma karena mendadak Mala harus ke kampusnya dulu
karena ada tugas kelompok yang harus dia kerjakan hingga akhirnya kita
jalan ngaret dikit jadi jam 10:30.
Kemudian dari kampusnya Mala yang letaknya di
belakang terminal kota Tegal, kita ke Bumiayu dengan jarak ± 40km,
melewati jalur yang sama persis kayak waktu ke Curug Cipendok, bedanya
nanti pas di Bumiayu terus ada plang penunjuk jalan ke tempat yang kita
tuju. Lalu kita ikutin. Mungkin dari kampusnya Mala gak nyampe 2 jam
kita bisa sampai. Tapi Sayangnya kita kejebak macet sebelum nyampe
Bumiayu, bahkan masih di daerah Tegal. Macetnya memang keterlaluan
banget.
Untung lah ada warga sekitar yang ngasih petunjuk ada jalan pintas menuju kebun teh di Bumiayu ini.
Dengan lewati jalanan perkampungan yang
agak rusak tapi gak papa asal gak macet. Dan tak lama kemudian kita
kembali ke jalan yang asli menuju tempat yang keren banget.
Disini jalannya mulai agak nanjak,
dengan pemandangan hijaunya sawah dan pegunungan, membuat suhu udaranya
pun berubah, dari yang panas berdebu, kini adem dan seger. Kemudian kita
memasuki jalanan yang menanjak terus, dari yang tadi jalanannya cuma
ada tanjakan dikit, kini jalannya terus menanjak dan nanjak terus gak
ada jalan datarnya. Bener-bener nanjak terus. Jalannya lebih gila dari
waktu ke Guci. Lalu udaranya yang tadi cuma adem dan seger, sekarang
berubah menjadi dingin. Saya penasaran banget ujungnya kayak gimana.
Pasti bakalan keren.
Lama kelamaan tiba-tiba kita dimakan kabut.
Kita kayak berada di negri dongeng,
karena banyak kabutnya gitu. Dimana-mana ada kabut, kabut, kabut, kabut,
sampai jarak pandang saya gak lebih dari 200 meter.
Sumpah ini keren banget.
Keluyuran kali ini sangat berwarna,
setelah tadi kita melewati jalanan macet, banyak asap knalpot yang hitam
pekat, kemudian kita berada di pinggiran sawah yang hijau segar, lalu
kita lewat jalanan yang naik terus tanpa ada jalanan yang datar, udah
gitu di tengah hutan pula, lantas kita memasuki sebuah pedesaan yang
penuh dengan kabut hingga akhirnya kita sampai di tempat tujuan kita
yaitu Kaligua.
Sumber Foto : A Whole New World |
Kaligua itu sebenernya nama kebun teh
yang ada di Bumiayu, Brebes. Tapi sekarang tempat ini sudah dijadikan
sebagai tempat wisata andalan Brebes. Meskipun masyrakat sekitar masih
ada yang beraktifitas memetik daun teh di kebun teh ini, tapi mereka
tidak merasa terganggu dengan adanya pengunjung yang ingin menikmati
kehijauannya kebun teh kaligua. Lalu, Agrowisata Kaligua ini juga
dilengkapi dengan spot foto lainnya seperti Telaga Renjeng, Goa Jepang,
Tuk Bening, Bukit Sakub, serta tempat keseruan lainnya yang menjadi satu
di wilayah Agrowisata Kaligua.
Begitu motor diparkirkan, saya lihat jam
dan ternyata sudah jam 13:45, itu artinya kita memakan waktu cukup lama
pas macet tadi. Tapi gak papa, yang penting kita sampai dengan selamat.
Itulah pepatah hidup orang jawa : Alon-alon asal klakon, artinya
pelan-pelan asal kesampaian.
Saya kurang tau pasti ketinggiannya
sampai berapa mdpl, yang jelas meski di siang hari, rasanya bikin badan
merinding gila. Dingin banget. Ini karena kita sering hidup di daerah
pantura, jadi jarang buat kita merasakan dingin banget kayak gini. Dulu
hampir tiap minggu kerjaan saya cuma mancing-mancing di laut cari ikan,
cari kerang di teriknya matahari sampe badan gosong, makanya saya dan
Mala sangat excited begitu sampai di Kaligua.
kegiatan pertama yang akan kita lakukan di sini adalah. Makan.
Tempat dingin kayak gini pasti enak
banget makan yang anget-anget, biar badan terasa anget, apalagi makannya
sama pacar insyaAllah hubungannya juga anget.
Kita pesen tempe mendoan yang masih panas sama lontong biar makin mantep, dan minumnya sebagai pelengkap ini yang beda, ia adalah teh hitam. Kalau bahasa jawanya black tea.
Sumber Foto : rodex1313 |
Ini beneran hitam loh.
Ini keren banget, kenapa? Karena saya
bisa memandang langsung perkebunan teh kaligua sambil makan mendoan,
sama pacar pula, dan cuma berdua. Level keromantisannya kita bertambah. He..
Seandainya halaman belakang rumah saya
kayak gini pasti bakal saya pamerin ke orang-orang, terus saya undang
banyak orang untuk makan-makan di halaman belakang rumah saya, tapi
makanannya bawa sendiri-sendiri.
Selesai makan mendoan, tempat
selanjutnya kita ke Tuk Bening mau sekalian shalat dzuhur, karena
kebetulan disana ada mushola kecil.
Tuk Bening itu kayak mata air gitu,
hampir mirip kayak di pancuran pitu yang ada di Baturaden. Bedanya di
Tuk Bening ini airnya super dingin banget.
Saya ingatkan kalau mau kesini jangan
lupa bawa kamera, karena rugi kalau kesini cuma jalan-jalan aja, kita
disini diwajibkan untuk berfoto-foto. Bahkan narsis sekalipun
diwajibkan.
Selesai sholat dan foto-foto di Tuk
Bening, kemudian kita lanjut buat mendekat dan mengelilingi kebun Teh
Kaligua ini. Dari Tuk Bening kita cuma jalan kaki bentaran aja maka
sampai di kebun teh, tapi untuk menuju spot terbaik kebun Teh Kaligua,
kita harus naik ke atas dengan cara : bisa naik kendaraan, bisa juga
jalan kaki. Karena Mala anaknya petualang banget, jadi dia penginnya
jalan kaki, sementara bagi saya jalan menanjak adalah musuh besar.
Saya benci jalan menanjak.
Sampai di spot kebun teh yang ada
diatas, pemandangannya bener-bener keren abis, foto-foto jadi hal yang
gak boleh di lewatkan, makanya tiap 5 detik sekali kita foto-foto.
Tiba-tiba kita melihat ada air terjun di atasnya lagi.
Tanpa berpikir panjang Mala langsung
jalan ke atas dengan semangatnya. Sedangkan saya di belakangnya jalan
sambil tertatih-tatih.
Tak sampai 10 menit ternyata Mala sudah sampai diatas, kalau saya masih di bawah sekitar 100 meteran dengan jalan menanjak.
Ternyata bener ada air terjunnya, meski
gak sebesar Curug Cipendok, ini sudah cukup mengobati rasa kangennya
Mala untuk melihat air terjun/curug.
Dibawah tadi kalau di hitung-hitung ada
sekitar 20 orang yang sedang menikmati sejuknya udara di kebun teh, tapi
pas diatas dideket air terjunnya cuma kita berdua saja. Mungkin mereka
yang ada dibawah malas buat naik-naik ke atas, padahal pemandangannya
lebih bagus.
Selanjutnya kita sebenernya pengin masuk
ke Goa Jepang, tapi Mala mendadak tidak mau karena dia anaknya parno banget. Karena goa ini pernah dijadikan tempat pembantaian orang-orang jaman jepang dulu. Mungkin lain kali akan datang kesini lagi dan masuk ke Goa jepang.
Bersambung...
Bersambung...